Manusia yang penuh kebencian

October 11, 2016


Aku hanya butuh seseorang yang cerdas dan memiliki kredibilitas tinggi dalam membicarakan hal - hal spesifik.
Aku berbicara dengan diriku sendiri. Setiap waktu. Seumur hidupku
Aku mulai takut ini bukanlah sesuatu yang lumrah. Tapi aku sama sekali tidak gila (semoga).
Namun jujur saja, aku tidak pernah melihat orang lain melakukannya. Atau mungkin mereka juga menyembunyikan obrolan mereka. Seperti yang biasa aku lakukan.
Saat terbaik bagiku untuk berbicara pada sanubari adalah ketika aku dalam perjalanan pulang.
Hari sudah malam. Pukul setengah delapan. Sembari memacu motor bututku (setidaknya dia sudah berumur hampir lima tahun), aku mulai berdiskusi dengan diriku. Tentang banyak hal yang terjadi dalam seminggu ini. Tentang teman kantorku yang kesetanan dan menjotos sejawatnya sendiri, aku yang terjatuh dikasir Superindo, pujian R. Zulkarnain padaku saat rapat evaluasi dan betapa beliau mengapresiasi dedikasiku pada latihan yang mulai membunuhku ini (serius aku takut mati muda karena latihan yang sungguh intens. Aku bagai gajah sirkus!)

Malam sungguh sempurna.
Aku juga berbicara pada bulan.
Aku memujinya habis - habisan. Karya Tuhan.
Aku berbicara seakan diriku adalah narasumber dalam sebuah talkshow malam.
Seakan aku sedang ditanya - tanya saja. Seakan hidupku penting. Seakan gagasanku brilian dan seisi semesta perlu mendengarnya.
Momen terbaik dalam sehari.

Ragam gramatikal yang liar.
Aku mulai mengulas hari - hariku lagi.
Betapa aku penuh dengan kebencian. Betapa aku mengutuk setiap tindak bodoh dari orang - orang sekitar.
Bukannya aku jenius. Tidak.
Hanya saja banyak orang (yang sialnya berada disekelilingku) mengandalkan ego dan kekuatan untuk membumbungkan keagungan pribadi. Namun pada kenyataanya mereka hanya sekumpulan manusia picik.

Pada akhir perjalanan, kepada diriku lagi (dan bulan) aku bertanya.
Apakah aku satu - satunya yang berbicara sendiri seperti ini?
Jika tidak, matilah aku. Seseorang diluar sana juga sedang membenciku.
Dalam pikiran liarnya, dia sedang menyumpahiku. Meluap - luapkannya kepada malam. Dihadapan bulan yang sama, dengan bulanku.
Namun ini mungkin akan lebih baik ketimbang menjadi bahan obrolan para tukang gosip. Mereka akan membenciku bersama - sama. Tanpa alasan yang objektif.
Sedangkan orang - orang sepertiku, hanya membenci sendirian saja.
Bersama kalbu dan pikiran liarnya.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Subscribe